Archive for January 22, 2015

Kasus

Metrotvnews.com, Jakarta: Jumlah penduduk miskin di Indonesia per September 2013 mencapai 28,55 juta jiwa atau 11,47% dari populasi. Jumlah tersebut bertambah sejak Maret 2013 yang berjumlah 28,07 juta jiwa.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin mengatakan salah satu penyebab meningkatnya jumlah penduduk miskin selama Maret-September 2013 ialah karena baiknya harga sembako, termasuk kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) pada Juni 2013.

“Penaikan harga beras, beberapa bahan pokok eceran seperti daging ayam ras, telur ayam ras, dan cabai merah, serta meningkatnya tingkat pengangguran terbuka juga jadi faktor penyebab meningkatnya jumlah penduduk miskin,” kata Suryamin di Jakarta, Kamis (2/1).

Kebanyakan jumlah penduduk miskin per September 2013 masih terkonsentrasi di Maluku dan Papua yang mencapai 24,24%. Sementara Jawa menyumbang 10,98%, Sumatra 11,53%, Bali dan Nusa Tenggara 14,49%, Sulawesi 17,75%, dan Kalimantan 6,66%.

Dilihat dari daerahnya, penduduk miskin masih banyak di perdesaan. Per September 2013 terdapat 17,92 juta jiwa penduduk miskin di perdesaan. Sementara di perkotaan 10,63 juta jiwa.

Sumber: http://microsite.metrotvnews.com/metronews/read/2014/01/02/3/204929/Penduduk-Miskin-Indonesia-Bertambah

 

Analisa kasus

Menurut saya, kemiskinan di daerah pedesaan yang terjadi dikarenakan ketidakmerataan pendidikan, pembangunan pada daerah pedesaan. Adapun pada daerah perkotaan yang terdapat warga miskin yakni merupakan masyarakat yang melakukan urbanisasi dari desa ke kota. Mereka ingin mengadu nasib mencari pekerjaan di kota. Dengan persepsi dari masyarakat desa bahwa mencari pekerjaan di perkotaan itu menarik, hal ini membuat terus bertambahnya populasi kemiskinan di daerah kota.

Pada berita tersebut, disebutkan bahwa populasi kemiskinan lebih banyak terjadi di daerah pedesaan ketimbang di perkotaan. Menurut saya hal ini karena faktor pemerataan dari segi pendidikan atau pembangunan daerah yang belum merata. Mayoritas masyarakat di pedesaaan ini lebih memilih tidak melanjutkan pendidikan lebih tinggi lagi karena faktor ekonomi. Di daerah pedesaan masih sedikit lembaga pendidikan yang tersebar jika dibandingkan dengan di kota. Adapun jika ingin melanjutkan sekolah ke jenjang lebih tinggi tentunya harus memiliki tabungan yang lebih untuk biayanya. Itulah hambatan masyarakat desa yang lebih memilih untuk berkerja sebagai buruh atau bertani seusai mereka bersekolah guna hanya untuk bisa membaca menulis dan mengitung.

Dengan minimnya tingkat pendidikan pada masyarakat di desa, tentu berdampak pada pengetahuan teknologi informasi yang sedang berkembang pesat saat ini. Sedikitnya ilmu, pengetahuan tentang teknologi yang mereka dapatkan tidak lain mereka akan tersebut sebagai masyarakat daerah tertinggal. Faktor tersebut bisa didasari karena pembangunan yang belum merata. Oleh sebab di pedesaan masih sulit mendapatkan suatu informasi mengenai perkembangan teknologi, maka timbul rasa ingin pergi ke kota untuk mencari penghidupan yang lebih layak. Dengan pendidikan yang masih minim, mereka bertekad melakukan urbanisasi. Sedangkan di perkotaan persaingan di dunia lapangan perkerjaan pun sangat sulit. Hal ini menambah populasi kemiskinan pada daerah perkotaan.

Solusi Kasus

Menurut saya, untuk meminimalisir angka kemiskinan pada daerah pedesaan itu bisa dengan meningkatkan kualitas pendidikan pada daerah pedesaan. Dimana pada setiap sekolah diterapkan ilmu pengetahuan mengenai perkembangan teknologi yang terus berkembang ini lebih ditekankan. Sehingga pola pikir dari anak-anak generasi muda akan ikut berkembang dan tentunya tidak akan tertinggal. Dengan catatan tetap mengawasi anak-anak agar tidak menyalahgunakan perkembangan teknologi yang sedang berkembang pesat ini. Jika pada saatnya mereka tumbuh menjadi dewasa dengan pengetahuannya yang sudah mantap maka mereka akan membangun desa nya agar lebih baik lagi tak kalah dengan daerah kota. Namun, tidak menghilangkan keasrian atau kkhasan daerah desa, tidak menjadikan desa menjadi daerah seperti kota.

Adapun cara lain yaitu dengan menciptakan lapangan pekerjaan secara khusus untuk daerah desa tentu tidak merusak ekosistem pedesaan atau pelatihan-pelatihan khusus untuk masyarakat miskin sehingga mereka bisa bekerja sesuai dengan keahlian dari masing-masing individu.

Dan untuk masyarakat kota seharusnya tidak memanfaatkan daerah desa sebagai sasaran sektor perindustrian dimana hal tersebut akan semakin menambah dan meningkatkan angka populasi kemiskinan di daerah desa. Kalau pun memang akan membangun sektor perindustrian dengan alasan untuk membantu dalam menambah lapangan pekerjaan, tentu keasrian dan kebersihan daerah desa harus tetap terjaga dan harus memikirkan dimana pekerjanya itu berasal dari masyarakat desa itu sendiri jika memang tujuannya itu untuk membantu mengurangi angka populasi kemiskinan.